Rabu, 17 Oktober 2012

PEMBESIAN


Pekerjaan Pembesian
BAHAN-BAHAN/ PRODUK
2.1. Bahan-bahan
A. Tulangan
Sediakan tulangan berulir mutu U-39, sesuai dengan SII 0136-84 dantulangan polos mutu U-24, sesuai dengan SII 0136-84 seperti dinyatakanpada gambar-gambar struktur. Tulangan dengan diameter < 10 mm harusbaja lunak dengan tegangan leleh 2400 kg/cm2
B. Tulangan Anyaman (Wire mesh) Sediakan tulangan anyaman, mutu U-50,
mengikuti SII 0784-83.
C. Penunjang/ dudukan tulangan (Bar support) Dudukan tulangan haruslah tahu
beton yang dilengkapi dengan kawat pengikat yang ditanamkan, atau
individual high chairs.
D.Bolster n,c hairs,spac ers, dan perlengkapan-perlengkapan lain untuk
mengatur jarak.
1Pakailah besi dudukan tulangan menurut rekomendasi CRSI (Concrete
Reinforcing Steel Institute), kecuali diperlihatkan lain pada gambar.
2Jangan memakai kayu, bata atau bahan-bahan lain yang tidak
direkomendasi.
3Untuk pelat di atas tanah, pakai penunjang dengan lapisan pasir atau“horizontal runners” dimana bahan dasar tidak akan langsungmenunjang batang kursi (chair legs) atau pakai lantai kerja yang rata.
4Untuk betoneks pos ed, dimana batang-batang penunjang langsung
berhubungan/mengenai cetakan, sediakan penunjang dengan “hot-dip-
galvanized” atau penunjang yang dilindungi plastik.
E. Kawat Pengikat
Dibuat dari baja lunak.
2.2. Jaminan Mutu
A.Kecuali pada kondisi tertentu, bahan-bahan baja tulangan tersebut harus
dari produk yang sama.
B.Sertifikat dari percobaan (percobaan giling atau lainnya) untuk semua
tulangan yang dipakai harus diperlihatkan.

2.3.Persiapan Pekerjaan / Perakitan Tulangan

A.Pembengkokkan dan pembentukan. Pemasangan dan pembengkokkantulangan harus sedemikan rupa sehingga posisi dari tulangan sesuaidengan rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun tempatselama pengecoran berlangsung.
B.Pembuatan dan pemasangan tulangan sesuai dengan PBI 1971.
C. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan
persyaratan PBI 1971 atau A.C.I.315.
2.4.Pengiriman, penyimpanan dan penanganannya
A.Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai denganetiket / label yang mncantumkan ukuran batang, panjang dan tanda pengenal.
B. Pemindahan tulangan harus hati-hati untuk menghindarai kerusakan.Gudang harus kering, bagus saluran-salurannya, dan terlindung darilumpur, kotoran, karat dsb.
PELAKSANAAN
3.1. Persiapan
Pembersihan
Sebelum pengecoran beton, tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulitgiling (mill steel) dan karat lepas, serta bahan-bahan lain yang mengurangidaya lekat. Bersihkan sekali lagi tonjolan pada tulangan atau padasambungan konstruksi untuk menjamin rekatannya.
B. Pemilihan/ seleksi tulangan yang tidak memenuhi syaratharus ditolak dari
lapangan
3.2. Pemasangan Tulangan
A. Umum
Sesuai dengan yang tercantum pada gambar dan PBI-71 koordinasi dengan
bagian lain dan kelancaran pengadaan bahan serta tenaga perlu diadakauntuk menghindari keterlabatan. Adakan/berikan tambahan tulangan pada
lubang-lubang (openings)/ bukaan.
B. Pemasangan
Tulangan harus dipasang sedemikian rupa diikat dengan kawat baja, hingga
sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempatnya.
1Tulangan pada dinding dan kolom-kolom beton harus dipasang padaposisi yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakanspace rs/penjaga jarak.
2Tulangan pada balok-balok footing dan pelat harus ditunjang untukmemperoleh lokasi yang tepat selama pengecoran beton denganpenjaga jarak, kursi penunjang dan penunjang lain yang diperlukan.
3Tulangan-tulangan yang langsung di atas tanah dan di atas agregat(seperti pasir, kerikil) dan pada lapisan kedap air harus dipasang/ditunjang hanya dengan tahu beton yang mutunya paling sedikit samadengan mutu beton yang akan dicor.
4.Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutupbeton. Untuk itu tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yangterbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama dengan mutu betonyang akan dicor. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blokpersegi atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 4
buah setiap m
2
cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak ini
harus tersebar merata.
5. Pada pelat-pelat dengan tulangan rangkap, tulangan atas harusditunjang pada tulangan bawah oleh batang-batang penunjang atauditunjang langsung pada cetakan bawah atau lantai kerja oleh blok-blokbeton yang tinggi. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadapketepatanletak dari tulangan balok yang berbatasan.
C. Toleransi pada pemasangan tulangan.
1Terhadap selimut beton (selimut beton) : + 50 mm2Jarak terkecil pemisah antara batangan : + 25 mm3Tulangan atas pada pelat dan balok :
-balok dengan tinggi sama atau lebih kecil dari 200 mm : + 25 mm
-balok dengan tinggi lebih dari 200 mm tapi kurang dari 600 mm : + 50
mm.
-Balok dengan tinggi lebih dari 600 mm : + 100 mm
-Panjang batang: + 50 mm
4.Toleransi pada pemasangan ; lainnya sesuai PBI’71
D. Pembengkokan Tulangan, sesuai dengan PBI’71
1Batang tulangan tidak boleh dibengkok atau diluruskan dengan cara-cara
yang merusak tulangan itu seperti misalnya dipanaskan.
2Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkok dan diluruskankembali tidak boleh dibengkok lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokansebelumnya.
3Batang tulangan yang tertanam sebagian di dalam beton tidak bolehdibengkok atau diluruskan di lapangan, kecuali apabila ditentukan didalam gambar-gambar rencana atau disetujui oleh perencana.
4Membengkok dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan dalam
keadaan dingin, kecuali apabila pemanasan diijinkan oleh perencana.
5Apabila pemanasan diijinkan, batang tulangan dari baja lunak (polos
atau diprofilkan) dapat dipanaskan sampai kelihatan merah padam tetapi
tidak boleh mencapai suhu lebih dari 8500
C.
6Apabila batang tulangan dari baja lunak yang mengalami pengerjaan
dingin dalam pelaksanaan ternyata mengalami pemanasan diatas 1000
Cyang bukan pada waktu dilas, maka dalam perhitungan-perhitungansebagai kekuatan baja harus diambil kekuatan baja tersebut yang tidakmengalami pengerjaan dingin.
7Batang tulangan dari baja keras tidak boleh dipanaskan, kecuali apabila diijinkan oleh perencana.
8Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh didinginkan dengan jalan disiram dengan air.
9Menyepuh batang tulangan dengan seng tidak boleh dilakukan dalamjarak 8 kali diameter (diameterpengenal) batang dari setiap bagianbengkokan.

. Toleransi pada potongan dan pembengkokan tulangan

1.Batang tulangan harus dipotong dan dibengkok sesuai denganyangditunjukkan dalam gambar-gambar rencana dengan toleransi-toleransiyang disyaratkan oleh Perencana. Apabila tidak ditetapkan olehPerencana, pada pemotongan dan pembengkokan tulangan ditetapkantoleransi-toleransi seperti tercantum dalam ayat-ayat berikut.
2.Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurut ukuran danterhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkokditetapkan toleransi sebesar + 25 mm, kecuali mengenai yang ditetapkandalam ayat (3) dan (4). Terhadap panjang total batang yang diserahkanmenurut sesuatu ukuran ditetapkan toleransi sebesar + 50 mm dan – 25 mm.
3.Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkok ditetapkantoleransi sebesar + 10 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dan sebesar +25 mm untuk jarak lebih dari 60 cm.
4.Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilitan dan ikatan-ikatan ditetapkan
toleransi sebesar + 6 mm.
F. Panjang penjangkaran dan panjang penyaluran.
1.Baja tulangan mutu U – 24 (BJTP-24)
Panjang penjangkaran
= 40kali diameter dengan kait
Panjang penyaluran
= 40 kali diameter dengan kait.
2.Baja tulangan mutu U-40 (BJTD-40)
Panjang penjangkaran
= 40 kali diameter tanpa kait
Panjang penyaluran
= 40 kali diameter tanpa kait.
3.Penyambungan tidak boleh diadakan pada titik dimana terjadi teganganterbesar. Sambungan untuk tulangan atas pada balok dan pelat betonharus diadakan ditengah bentang, dan tulangan bawah pada tumpuan.Sambungan harus ditunjang dimana memungkinkan

GAMBAR BANGUNAN SEDERHANA


PONDASI SETEMPAT
- Pondasi setempat direncanakan untuk penghematan bahan dan penghematan jumlah galian, pondasi setempat dipasang dibawah kolom - kolom utama pendukung bangunan.

- Kedalaman; 1,50 M - 4,00 M untuk menahan kolom - kolom portal pendukung utama bangunan, sedang dibawah beton sloof ada pondasi batu kali kedalaman 0,60 M - 0,80 M.

- Ada 2 (dua) cara:

a. Plat beton bertulang

b. Pilar (umpang) pasangan batu kali.

  1. Pondasi Telapak;

image001

  1. Pondasi Setempat;

image002

Pondasi Umpang Pondasi Sumuran Persegi Pondasi Sumuran Bulat

  1. Pondasi Gabungan;

Pondasi plat yang mendukung kolom lebih dari satu.

image003

  1. Pondasi Plat;

Pondasi dengan plat tebal dan perkuatan balok - balok beton kedap air dapat dimanfaatkan sebagai ruang basement dibawah tanah pondasi plat dirangkai menjadi satu dengan dinding beton kedap air sebagai turap penahan tanah disekeliling ruang basement.

Proses kegiatan pembuatan pondasi plat ini mengingat kedalaman tanah cukup dalam ada beberapa teknis pelaksanaan yang harus diperhatikan antara lain;

- Sistem dwatering artinya proses pengeringan air tanah dengan alat bantu kompresor.

- Siklus atau mekanisme pengerukan dan pemindahan tanah dengan dump truck.

- Pengecoran dinding sebagai turap harus mendapatperhatian yang cermat.

Jenis pondasi lainnya yaitu;

  1. Turap atau konstruksi penahan tanah.

image004

  1. Talud, merupakan konstruksi perkuatan tepi atau dinding sungai untuk menjaga longsor yang mungkin terjadi.

image005

Pondasi Dalam;

- Pondasi dalam direncanakan untuk pekerjaan bangunan bertingkat baik bangunan bertingkat rendah atau bangunan bertingkat tinggi.

- Sebelum derencanakan jenis pondasi yang akan digunakan, sebelum dilakukan diawali penyelidikan lahan, atau lokasi dimana nanti akan dibangun, penyelidikan tanah atau siol investigation untuk mendapatkan data susunan tanah atau disebut data sondir, kedalaman pondasi umumnya diatas 6 M dari muka tanah (MT).

  1. Pondasi Tiang Pancang;

- Konstruksinya dapat dari balok kayu, baja atau beton bertulang, setiaptiang ditanam dengan mesin pancang.

- Tiang - tiang setelah dipancang dan diyakini sudah mencapai kepada kedalaman tanah yang keras dan ditest pembebanannya atau disebut loading test.

- Langkah selanjutnya dapat dipotong tiang - tiang pancang yang muncul atau ketinggiannya harus dipotong dan disesuaikan dengan ketinggian peil lantai kurang lebih 0,00 yang diperlukan, disini harus disiapkan stek untuk masuk kepada poer (pile cap) yang akan dipasangkan.

- Posisi poer sebagai titik - titik pancang disiapkan untuk duduknya kolom - kolom struktur dan antar poer ke poer tetapdipasang beton sloof sebagai penguat dan pengikat antar poer ke poer, bentuk poer ada yang segitiga, bulat, segi delapan, dll, dengan ketebalan antara 30- 40 cm.

Gambar tiang Pancang;

image006

image007

Poer segi delapan

  1. Pondasi Sumur Bor (Bored Pile)

- Pondasi susmur bor merupakan jenis pondasi dalam, peruntukan untuk bangunan bertingkat rendah.

- Kegiatannya dengan member tanah lebih dahulu sampai kedalaman rencana, setelah itu diberi cor beton, sepertiga tinggi dari atas, diberi tulangan baja sekeliling lubang untuk ikatan dengan tulangan kolom diatasnya.

- Pada pondasi bor boleh tidak pakai poer, karena dibawah satu kolom hanya dibuat satu tiang bor dengan diameter yang besar, atau diatas diameter 1 M, jadi tulangan kolom dapat dimasukkan langsung kedalam sumur bor dan dicor bersama - sama.

image008

· Gambar - gambar Rencana;

Gambar rencana dibuat menggunakan skala, menempatkan posisi gambar dan penempatan gambar detail harus berdekatan dari gambar denahnya dan untuk lebih baik dan sempurna agar disisipkan gambar perspektifnya.

  1. DENAH (ukuran dan penjelasan harus ditulis lengkap)

Menggambarkan pembagian ruangan - ruangan, letak - letak pintu dan jendela, bentuk dan ukuran lantai ruangan dapat diberi garis atap yang digambar dengan garis titik - titik, skala 1: 100.

  1. TAMPAK (tanpa ukuran dan penjelasan)

Gambar tampak yang harus dibuat adalah tampak muka, tampak samping kiri, tampak samping kanan skala 1: 100

  1. POTONGAN (diberi ukuran dan penjelasan)

Gambar potongan, menggambarkan ruang dalam dan pondasinya digambar dalam 2 (dua) arah, muka -belakang dan samping kiri - kanan.

  1. RENCANA PONDASI (diberi ukuran dan penjelasan)

Menggambarkan tipe dan ukuran pondasi yang dipakai, semua bagian yang ada pondasinya harus digambar lengkap, digambar lebar atas dan lebar dasar dengan diberi garis tembok, skala 1:100

  1. RENCANA ATAP (diberi ukuran dan penjelasan)

Menggambar bentuk atap yang dipakai, garis atap digambar titik - titk, dijelaskan letak kuda - kuda, balok gording, usuk dan juga bahan penutup atapnya, gambar talang dan lobang buangan, garis bubungan, jure luar, jure dalam digambar dengan garis khusus, skala 1:100.

  1. RENCANA PLAFON (diberi ukuran dan penjelasan)

Digambar petak - petak pembagian plafon disetiap ruangan, rangka plafon digambar lengkap dengan balok induk, balok pembagi dan ukuran kayu yang dipakai, skala 1:100.

  1. RENCANA SANITASI (diberi ukuran dan penjelasan)

Gambar letak - letak lobang buangan pada kamar mandi, WC, dapur, bak cuci, tempat buangan lain, arah aliran saluran pembuangan diberi anah panah, letak bak control, septictank, sumur air bersih dan peresapan, jaraknya ditulis jelas, skala 1:100.

  1. GAMBAR DETAIL:

a. Detail Pondasi:

Bentuk potongan melintang dan ukurannya serta letak kedalaman dari pada pondasi yang dipakai.

b. Detail kuda - kuda:

Menggambarkan bentuk kuda - kuda yang dipakai dan penjelasan sambungan - sambungannya, ukuran kayu yang dipakai ditulis jelas dan lengkap, apabila bentuk kuda - kuda yang dipakai lebih dari satu, harus digambar semuanya.

c. Detail Plafon:

Bentuk dan ketinggian plafon, sambungan kau penggantung dan ukurannya ditulis lengkap dan diberi penjelasan.

d. Detail Kozen:

Bentuk kozen pintu dan jendela yang dipakai harus digambar, ukuran kozen dan kayu yang dipakai ditulis lengkap dan jelas.

e. Detail Sanitasi:

Menggambarkan potongan melintang dan tampak atas dari pada bak control, septictank, sumur peresapan, penjelasan pembuangan dari semua alat penerimaan air buangan, semua ukuran dan bahan yang dipakai ditulis lengkap dan jelas.

f. Detail:

Bagian bangunan yang dianggap penting dan khusus.

9. SITUASI:

Gambar situasi menggambarkan bentuk dari tanahnya ukurannya, letak terhadap suatu jalan yang ada, ditulis nama jalannya, denah bangunan diatas tanah diberi warna hitam, pada gambar situasi diberi arah mata angin (arah utara).

PENGUJIAN BAHAN BANGUNAN




1.Tujuan Percobaan
Menentukan “bulk dan apparent” berat jenis (specific gravity) dan penyerapan (absorpion) dari sggregat kasar menurut prosedur ASTM C127-97. Nilai ini di perlukan untuk mentukan komposisi dalam adukan beton ketika mix desain.


2. Peralatan
v Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram yang berkampasitas 5Kg
v Keranjang besi dengan diameter 203,2mm (8’’) dan tinggi          63,5mm (2,5’’)
v Alat penggantung keranjang
v Oven
v Handuk


3. Bahan Percobaan

Berat contoh aggregat disiapkan sebanyak 11 liter kering muka (SSD “surface saturated dry” ) contoh didapat kan dari bahan yang di proses melalui alat pemisah atau cara perempatan. Butiran aggregat yang lolos no.4 tidak dapat di gunakan sebagai benda uji.

4. Peroses Percobaban
1)  Cuci bahan ujin untuk menghilang kan debu atau bahan-bahan                 lain nya.
2)  Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 ± 5) C selama 24 jam atau sampai berat nya tetap.
3)  dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam,kemudian kemudian timbang dengan ketelitian 0,5 gram. (Bk)
4)    Rendam benda uji dalam suhu kamar selama (24 ± 4) jam.
5)    Keringkan denda uji dalam air, lap kain penyerap sampai selaput air pada permukaan helang (SSD), untuk buriran yang besar pengeringan harus satu persatu.
6)    Timbangan benda uji kering permukaan jenuh. (Bk)
7)    Letakkan benda uji didalam keranjang, goncangkan batu nya untuk mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan berat di dalam air. (Bk)
8)    Ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (25 C).


5. Perhitungan
Berat Jenis Semua / Apperent Grafity  =
Berat Jenis / Bulk Spesifific Grafity      =
Berat Jenis Kering Pernukaan Jenuh/Bulk Spesifific Grafity (SSD)   =
Persentase (%) penyerapan (absorpition)



6. Analisis Hasil Percobaan
   ● Berat Contoh SSD             = (3000+2460)/2=2584 gram
   ● Berat Contoh dalam air   =(1842+1505)/2=1673,5 gram
   ● Berat Contoh Kering Diudara =(2910+2385)/2=2647,5 gram
   ● Apperent Spesific Grafity =(2,725+2,497)/2=2,718
   ● Bulk Spesific Grafity kondisi kering =(2,513+2,497)/2=2,505
   ● Bulk Spesific Grafity kondisi SSD =(2,591+2,576)/2=2,584
   ● Persentasi (%) Penyerapan(absorpition)=(3,009+3,145)/2=3,119%


7. Kesimpulan
Dari data perhitungan diatas diperoleh Persentase Penyerapan (absorpition):
Aggregat Kasar (Split) sebesar 3,11%< Peresapan maximum 5%, jadi dapat dipakai karena sesuai dengan yang diijinkan.

AUTOCAD

Cara Gampang Buat Kusen Pintu 3D Menggunakan AutoCad 2007

AutoCAD adalah salah satu software yang digunakan untuk menggambar teknik, misalnya untuk perancangan suatu arsitektur bangunan atau konstruksi (denah, tampak, potongan, dsb). Software ini memiliki kemampuan dalam pengolahan gambar berbentuk dua atau tiga dimensi.
Kali ini penulis akan sedikit berbagi cerita tentang pembuatan objek kusen pintu 3D menggunakan AutoCad 2007. Ikutin langkah-langkah berikut.
Langkah 1
Bukalah lembar kerja autocad anda. Lalu buatlah lembar kerja baru.
Langkah 2
Atur sudut pandang gambar dibagian view tampak atas (top).
Langkah 3
Ambil objek rectangle, klik 1 kali di area kerja, lalu masukkan ukuran 6 x 12, enter
Langkah 4
Lebur objek gambar tersebut dengan menggunakan perintah explode. Klik explode, blok keseluruhan objek tekan enter.
Langkah 5
Setelah objek di explode, offset masing-masing sisi gambar kebagian dalam Offset dengan ukuran 4 digunakan untuk ukuran pintu dengan ketebalan 4 cm. Offset dengan ukuran 1 digunakan tambahan profil.
Langkah 6
Tambahkan circle dan letakkan dibagian sudut kanan bawah, circle ini akan membentuk profil dibagian sisi kusen.
Langkah 7
Kemudian trim bagian-bagian yang tidak dibutuhkan, Klik trim, klik kanan di area kerja, pilih objek yang akan di trim hingga objek menjadi seperti berikut.
Langkah 8
Objek yang telah selesai di trim, kemudian gabungkan kembali menjadi satu objek yang utuh menggunakan perintah region. Klik region, blok objek, tekan enter.
Langkah 9
Kemudian ubah sudut pandang gambar menjadi SW Isometric, ubah posisi ucs menjadi X. Klik X, tekan enter. Perhatikan posisi UCS sekarang.
Langkah 10
Klik polyline letakkan di sudut objek gambar sebelumnya.
Langkah 11
Tarik garis lurus ke atas, ketik 210, enter kemudian arahkan ke samping kanan dengan ukuran 90, enter dan ke bawah dengan ukuran 210, enter.
210 = ketinggian kusen pintu
90 = lebar kusen pintu
Langkah 12
Klik extrude, klik objek alas, tekan enter.
Ketik P, enter
Klik objek ketinggian.
Langkah 13
Jika berhasil maka gambar akan tampak sebagai berikut.
Langkah 14
Ubahlah tampilan visual style menggunakan perintah conceptual visual style.



 

MENGGAMBAR RENCANA PELAT LANTAI BANGUNAN

Dalam penggambaran konstruksi beton untuk keperluan pelaksanaan
pembangunan gedung sangat berperan. Untuk itu perlu dikuasai oleh seseorang
yang berkecimpung dalam pelaksanaan pembangunan.
Gambar konstruksi beton bertulang merupakan komponen dalam bangunan yang

tidak dapat dipisahkan dengan komponen lainnya karena merupakan salah satu
subsistem dalam bangunan. Dalam penggambaran kadang-kadang tidak sesuai
dengan keadaan lapangan. Untuk itu dalam penggambaran harus sesuai dengan
perencanaan, tetapi dalam pelaksanaan jangan sampai menyimpang terlalu jauh
karena dapat mengakibatkan fatal atau kegagalan dalam konstruksi.
Pada materi gambar konstruksi beton ini akan menjelaskan tentang simbol yang
dipakai, aturan, atau persyaratan dasar dalam konstruksi beton bertulang. Dengan

adanya materi ini diharapkan dapat menjelaskan kepada orang lain bagaimana

menggambar konstruksi beton yang benar tidak menyalahi aturan yang berlaku.
Dalam materi ini diawali dengan simbol-simbol, pembengkokan tulangan,
persyaratan konstruksi beton bertulang untuk pelat dan balok, penggambaran
konstruksi beton bertulang sesuai perhitungan konstruksi.

10.1 Simbol Konstruksi Beton Bertulang

Agar dalam penggambaran konstruksi beton bertulang dapat jelas dalam
pembacaannya, maka perlu ada tanda atau simbol penunjang dalam
penggambaran sehingga siapapun penggunanya dapat menterjemahkan
gambar tersebut untuk diri sendiri maupun kepada orang lain. Ataupun
pengertian gambar antara satu dengan lainnya sama.

Simbol/Tanda-Tanda dan Keterangan dalam Konstruksi Beton
Bertulang
Tabel 10.1



10.2 Menggambar Denah Rencana Penulangan Pelat Lantai

Gambar 10.1
Denah Penulangan Pelat Luifel

Ditentukan :

– Pelat luifel (lihat gambar di atas)
– Luas tulangan yang diperlukan A = 5,35 cm2

Diminta:
– Gambarkan penulangannya dengan skala 1 : 25!
– Hitung tonase tulangan yang diperlukan!
– Hitung kubikasi/volume beton yang diperlukan!
Gambar 10.2

Denah Penulangan Pelat Atap Satu Petak

Ditentukan:
– Pelat atap satu petak (lihat gambar di atas)
– Luas tulangan lapangan b sejajar lebat pelat = A lb = 5,82 cm2
– Luas tulangan lapangan l sejajar panjang pelat = A ll = 3,30 cm2
– Luas tulangan tumpuan b sejajar lebat pelat = A tb = 7,05 cm2
– Luas tulangan tumpuan l sejajar panjang pelat = A tl = 6,20 cm2

Diminta:
– Gambarkan penulangannya dengan skala 1 : 25!
– Hitung tonase tulangan yang diperlukan!
– Hitung kubikasi/volume beton yang diperlukan!


Gambar 10.3

Denah Penulangan Pelat Lantai

Ditentukan:
– Pelat lantai satu petak (lihat gambar di atas)
– Luas tulangan lapangan b sejajar lebat pelat = A lb = A lx = +6,82 cm2
– Luas tulangan lapangan l sejajar panjang pelat = A ll = A ly = +4,74 cm2
– Luas tulangan tumpuan b sejajar lebat pelat = A tb = A tx = –8,16 cm2
– Luas tulangan tumpuan l sejajar panjang pelat = A tl = A ty = –5,89 cm2

Diminta:
– Gambarkan penulangannya dengan skala 1 : 25!
– Hitung tonase tulangan yang diperlukan!
– Hitung kubikasi/volume beton yang diperlukan!

Catatan:
Tulangan pokok yang dipasang hanya boleh menggunakan besi tulangan
diameter 8 mm dan 10 mm.

Gambar 10.4

Penulangan Pelat Lantai Lebih dari Satu Petak

Ditentukan:

Pelat lantai lebih dari satu petak (lihat gambar di atas)
– Pelat (a) : A lx = +5,42 cm2
A ly = +2,42 cm2
A tx = –6,28 cm2
A ty = –3,59 cm2
– Pelat (b) : A lx = +2,82 cm2
A ly = +2,62 cm2
A tx = –3,52 cm2
A ty = –3,14 cm2
– Pelat (c) : A t = 5,82 cm2

Diminta:
– Gambarkanlah penulangan pelat lantai tersebut di atas dengan skala 1 : 50!
– Hitunglah kebutuhan baja/besi beton bertulang dan kubikasi beton!

10.3 Menggambar Detail Potongan Pelat Lantai

Agar dalam penggambaran konstruksi beton bertulang untuk pelat luifel, atap
dan lantai sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan perlu memahami
ketentuan-ketentuan yang terkandung dalam konstruksi beton bertulang.

Jenis Tulangan

Tulangan-tulangan yang terdapat pada konstruksi pelat beton bertulang adalah:

1) Tulangan pokok
a. Tulangan pokok primer, ialah tulangan yang dipasang sejajar (//)
dengan sisi pelat arah lebar (sisi pendek) dan dipasang mendekati
sisi luar beton.
b. Tulangan pokok sekunder, ialah tulangan yang dipasang sejajar (//)
dengan sisi pelat arah panjang dan letaknya di bagian dalam setelah
tulangan pokok primer.

2) Tulangan susut ialah tulangan yang dipasang untuk melawan penyusutan/
pemuaian dan pemasangannya berhadapan dan tegak lurus dengan
tulangan pokok dengan jarak dari pusat ke pusat tulangan susut maksimal
40 cm.

3) Tulangan pembagi ialah tulangan yang dipasang pada pelat yang
mempunyai satu macam tulangan pokok, dan pemasangannya tegak lurus
dengan tulangan pokok. Besar tulangan pembagi 20% dari tulangan pokok
dan jarak pemasangan dari pusat ke pusat tulangan pembagi maksimum
25 cm atau tiap bentang 1 meter 4 batang.

Pemasangan tulangan pembagi biasanya terdapat pada konstruksi pelat
luifel/atap/lantai dan dinding. Tulangan pembagi berguna:

– Menahan tulangan pokok supaya tetap pada tempatnya
– Meratakan pembagian beban
– Mencegah penyusutan konstruksi
Pemasangan Tulangan

Ketentuan pada tulangan pokok pelat


gambar 10.5
tulangan Pokok Pelat

Keterangan:

T = Tebal pelat
t = Jarak bersih
pemasangan tulangan
�� = 2,5cm �� minimal
2,5 cm
�� = 2 T
�� = 20 cm
a = Selimut beton
a = 1,5 cm, bilamana berhubungan dengan air laut atau asam ditambah 1 cm

Apabila momen yang bekerja kecil, maka jarak tulangan pokok dari pusat ke
pusat maksimal 40 cm.
Untuk segala hal tulangan pelat tidak boleh kurang dari 0,25% dari luas
penampang beton (untuk keperluan tulangan pokok, pembagi, dan susut).

Tebal Pelat
Pelat atap = 7 cm �� minimal 7 cm
Pelat lantai = 12 cm �� minimal 12 cm

Diameter Tulangan Pelat
Baja lunak �� tulangan pokok = Ø 8 mm dan tulangan pembagi Ø 6 mm
Baja keras �� tulangan pokok = Ø 5 mm dan tulangan pembagi Ø 4mm
Pada pelat yang tebalnya lebih dari 25 cm, penulangan pada setiap tempat
harus dipasang rangkap (dobel) dan ini tidak berlaku pada pondasi telapak.

Dinding

Untuk konstruksi dinding, yang perlu mendapatkan perhatian adalah tebal dari
dinding vertikal (T) adalah:

�� T = 1/ 30 bentang bersih
�� Apabila menerima lenturan (M lentur) T = 12 cm �� minimal 12 cm
�� Apabila tidak menerima lentur T = 10 cm �� minimal 10 cm
�� Untuk dinding luar di bawah tanah tebalnya = 20 cm �� tebal minimal 20 cm
Penulangan dinding untuk reservoir air dan dinding bawah tanah:
�� Tebal dinding (T) 30 cm < T = 12 cm
�� Penulangan senantiasa dibuat rangkap
�� Penulangan dinding yang horizontal dan untuk memikul susut serat
perubahan suhu minimal 20% F beton yang ada

Contoh:

Tebal dinding 12 cm. Penulangan yang dibutuhkan setiap 1 m2 = 0,25 x 12 cm2
= 3 cm2
�� Diameter tulangan pokok minimal Ø 8 mm dan tulangan pembagi minimal
Ø 6 mm
�� Apabila terdapat lubang pada dinding, maka harus dipasang minimal 2 Ø
16 mm dan diteruskan paling sedikit 60 cm melalui sudut-sudut lubang

Gambar 10.6

Penulangan Dinding Reservoir Air dan Dinding Bawah Tanah

Sistem konstruksi pada tepi pelat:
�� Terletak bebas
�� Terjepit penuh
�� Terjepit elastis

Konstruksi Terletak Bebas
Apabila tepi pelat itu ditumpu di atas suatu tumpuan yang dapat berputar (tidak
dapat menerima momen), misalnya pelat tersebut terletak di atas dinding
tembok.
Gambar 10.7
Konstruksi Terletak Bebas

Konstruksi Terjepit Penuh
Apabila tepi pelat terletak di atas tumpuan yang tidak dapat berputar akibat
beban yang bekerja pada pelat tersebut, misalnya pelat tersebut menjadi satu
kesatuan monolit dengan balok penahannya.
Gambar 10.8
Konstruksi Terjepit Penuh


Konstruksi Terjepit Elastis
Apabila tepi pelat terletak di atas tumpuan yang merupakan kesatuan monolit
dengan balok pemikulnya yang relatif tidak terlalu kaku dan memungkinkan
pelat dapat berputar pada tumpuannya.

Pemasangan Tulangan

Pemasangan tulangan pelat yang dipasang pada empat sisi:
1) Pemasangan tulangan untuk memikul momen lapangan dalam arah yang
// dengan tepi pelat dapat dikurangi sampai setengahnya.
2) Setiap sudut pelat yang ditumpu bebas, harus dipasang tulangan atas
dan bawah dalam kedua arah. Ini akan berguna untuk menahan momenmomen
puntir.

Jumlah tulangan untuk kedua arah harus diambil sama dengan jumlah
tulangan yang terbesar, dan daerah pemasangannya = 1/5 bentang pelat.

Contoh:
Al = 2,96 cm2 �� Ø 8–17
Ab = 3,59 cm2 �� Ø 8–14

Maka tulangan disudut pelat tersebut, untuk atas dan bawah harus dipasang
dalam ke dua arah yaitu Ø 8–14.
Gambar 10.9
Pemasangan Tulangan pada Empat Sisi

3) Pada pelat-pelat, apabila l / b atau ly / lx > 2,5
a) Untuk pelat satu petak

�� Pada arah ly harus dipasang tulangan dengan besar momen
(M ly) = 1/5 Momen lx atau = 0,2 M lx
�� Pada tumpuan jarak ly juga harus dipasang tulangan dengan
besarnya Momen (M ty) = 0,6 M lx dan bagian yang dipasang
tulangan harus = 1/5 l x


Gambar 10.10

Pemasangan Tulangan untuk Pelat Satu Petak

Catatan:

l y = sisi pelat yang panjang
l x = sisi pelat yang pendek

b) Untuk pelat menerus (lebih sari satu petak)
dimana l y / l x > 2,5
Untuk pelat yang terjepit atau menerus dipasang tulangan tumpuan
negatif yaitu M ty = –0,3 M lx

Pelat terletak bebas, dipasang minimal 1/5 lx atau 0,2 lx dan pada sisi
pendek harus juga dipasang tulangan tumpuan positif sebesar (M ty)
M ty = + 0,3 M lx dan tulangan dipasang panjang minimal ½ lx

Gambar 10.11
Pemasangan Tulangan untuk Pelat Menerus

c) Untuk pelat yang dipikul hanya 2 sisi yang sejajar

�� Dianggap dengan perbandingan ly/lx > 2,5 dan hanya ada tulangan
pokok
�� M ly = Momen lapangan // lebar pelat
�� M tx = Momen tumpuan // lebar pelat

Memilih Besi Beton
Untuk menentukan atau memilih diameter tulangan pada konstruksi beton
bertulang setelah besaran atau luas tulangan hasil perhitungan didapatkan
untuk keperluan penggambaran harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
– Daftar konstruksi beton bertulang

i. Luas penampang tulangan besi beton dalam cm2 untuk setiap lebar
pelat 100 cm
ii. Garis tengah tulangan besi beton dalam mm, berat dalam kg/m dan
luas penampang baja bulat dalam cm2
iii. Garis tengah tulangan besi beton dalam mm, berat dalam kg/m, luas
penampang baja bulat dalam cm2 serta minimal lebar balok atau kolom
dalam cm dengan ketebalan penutup balok tertentu dan diameter
sengkang

– Ketentuan jarak minimal dan maksimal tulangan yang boleh dipasang
– Ketentuan jumlah minimal yang harus dipasang
– Ketentuan besarnya diameter minimal untuk suatu konstruksi
– Pilih diameter besi beton yang beredar dalam pasaran atau perdagangan

Memilih Besi Beton untuk Pelat

– Tulangan terdiri dari tulangan tumpuan dan lapangan.
– Teknik pemasangan ada yang lurus saja untuk kepraktisan dan kecepatan
dalam pemasangan. Tetapi ada pula yang pemasangannya dibengkokkan
pada ¼ bentang untuk daerah tumpuan dan lapangan, agar lebih hemat
karena sesuai dengan fungsinya. Dan dalam perhitungan atau memilih
tulangan lapangan dibagi 2 karena jalur pemasangan dibuat bergantian.

– Tulangan lapangan dipilih terlebih dahulu dengan melihat daftar apakah
luasnya sudah memenuhi sesuai dengan perhitungan, setelah itu baru
menetapkan jarak tulangan. Ingat, jangan lupa minimal dan maksimal jarak
tulangan serta minimal diameter tulangan yang boleh digunakan.

– Kekurangan luas pada tumpuan dicari lagi besarannya dalam daftar
sehingga luas tumpuan terpenuhi. Panjang tulangan tumpuan biasanya ¼
bentang pelat. Pada tulangan tumpuan perlu besi beton pengait atau
tulangan pembagi dengan diameter Ø 8–20

– Penulangan pelat atap pemasangannya sama dengan pelat lantai hanya
saja perlu tulangan susut dengan tulangan diameter 6 mm jarak 40 cm
(Ø 6–40). Pemasangan tulangan susut diharapkan tidak terjadi retak-retak
karena perubahan cuaca.

– Untuk pelat luifel terdiri dari tulangan pokok dan pembagi serta bilamana
perlu diberikan juga tulangan susut yang menyilang terletak di bawah
dengan diameter 6 mm jarak 40 cm (Ø 6–40).

Contoh Penggambaran Penulangan Pelat Luifel.


Gambar 10.12
Penulangan Pelat Luifel

Untuk pelat luifel sebuah bangunan kantor lihat gambar dibutuhkan tulangan
A = 5,31 cm2. Gambarlah rangkaian penulangan luifel tersebut dengan mutu
beton K 125 dan baja U22! Penyelesaian:
A = 5,31 cm2 �� dipilih Ø 10–14 = 5,61 cm2 > 5,31 cm2 �� (OK)
Tulangan pembagi = 20% x 5,61 = 1,12 cm2 �� dipilih Ø6–25 =
1,13 > 1,12 cm2 (OK)

Contoh Penggambaran Penulangan Pelat Lantai:


Gambar 10.13
Penulangan Pelat Lantai

Suatu pelat lantai satu petak dibutuhkan tulangan seluas : Alx = 3,37 cm2;
Aly = 2,37 cm ; Atx = 7,05 cm2 ; Aty = 5,00 cm2

Gambarkan penulangan pelat tersebut jika mutu bahan, beton : K175 dan
baja : U22

Alx = 3,37 cm2 �� dipilih Ø 8–14,5 = 3,47 cm2 > 3,37 cm2 �� (OK)
Masuk tumpuan Atx = 3,47/2 = 1,73 cm2 �� Ø 8– 29

Tulang tumpuan tambahan Atx = 7,05 – 1,73 = 5,32 cm2 �� dipilih Ø 10–14,5
= 5,42 cm2 > 5,32 cm2 �� (OK)

Jadi, jumlah tumpuan Atx yang dipasang = 1,73 + 5,42 = 7,15 > 7,05 cm2
Tulangan pembagi yang dibutuhkan = 20% x 7,15 = 1,43 cm2 �� dipilih Ø 6–15
= 1,89 cm2 > 1,43 cm2 �� (OK)

Aly = 2,37 cm2 �� dipilih Ø 8–20 = 2,51 cm2 > 2,37 cm2 �� (OK)
Masuk tumpuan Aty = 2,51/2 = 1,25 cm2 �� Ø 8–40


Tulang tumpuan tambahan Atx = 5,00–1,25 = 3,75 cm2 �� dipilih Ø 10–20
= 3,93 cm2 > 3,75 cm2 �� (OK)
Jadi jumlah tumpuan Aty yang dipasang = 1,25 + 3,93 = 5,18 > 5,00 cm2
Tulangan pembagi yang dibutuhkan = 20% x 5,18 = 1,04 cm2 �� dipilih Ø 6–14,5
= 1,95 cm2 > 1,04 cm2 �� (OK)
Tulangan susut tidak perlu dipasang karena selalu terlindung.
Contoh Penggambaran Penulangan Pelat Atap



Gambar 10.14

Pelat atap
satu petak dibutuhkan tulangan seluas : Alx = 3,36 cm
2 ; Aly
= 1,89 cm ; Atx = 6,83 cm2 ; Aty = 4,63 cm2
Gambarkan penulangan pelat tersebut jika mutu bahan, beton : K125 dan
baja : U24
Alx = 3,36 cm2 �� dipilih Ø 8–14,5 = 3,47 cm2 > 3,36 cm2 �� (OK)
Masuk tumpuan Atx = 3,47/2 = 1,73 cm2 �� Ø 8–29
Tulang tumpuan tambahan Atx = 6,83 – 1,73 = 5,10 cm2 �� dipilih Ø 10–14,5
= 5,42 cm2 > 5,10 cm2 �� (OK)

Jumlah tumpuan Atx yang dipasang = 1,73 + 5,42 = 7,15 > 6,83 cm2
Aly = 1,89 cm2 �� dipilih Ø 8–20 = 2,51 cm2 > 1,89 cm2 �� (OK)

Masuk tumpuan Aty = 2,51/2 = 1,25 cm2 �� Ø 8–40
Tulang tumpuan tambahan Atx = 4,63 – 1,25 = 3,38 cm2 �� dipilih Ø 10–20
= 3,93 cm2 > 3,38 cm2 �� (OK)


Jadi jumlah tumpuan Aty yang dipasang = 1,25 + 3,93 = 5,18 > 4,63 cm2 �� OK
Tulangan pembagi yang dibutuhkan untuk tumpuan Atx = 20% x 7,15
= 1,43 cm2 �� dipilih Ø 6–15 = 1,89 cm2 > 1,43 cm2
Untuk tumpuan Aty = 20 % x 5,18 = 1,04 cm2 �� Ø 6–14,5 = 1,95 cm2 > 1,04 cm2
Tulangan susut perlu dipasang karena pelat atap tidak terlindung dari
perubahan-perubahan.

Contoh Penggambaran Penulangan Pelat Atap dan Luifel


Gambar 10.15

Penulangan Pelat Atap dan Luifel

Sebuah rumah jaga dengan atap pelat datar dari beton bertulang.
Luas tulangan Alx = 3,66 cm2

Aly = 4,45 cm2
Atx = 9,00 cm2
Aty = 6,79 cm2
Luifel A = 5, 30 cm2
Untuk menjaga puntiran maka setiap sudut pelat dipasang tulangan dengan
luas = 5,30 cm2
Alx = 3,66 cm2 �� dipilih Ø 10–20 = 3,93 cm2 > 3,66 cm2 �� (OK)
Masuk tumpuan Atx = 3,93/2 = 1,96 cm2 �� Ø 10–40
Tulang tumpuan tambahan Atx = 9,00 – 1,96 = 7,04 cm2 �� dipilih Ø 10–10
= 7,85 cm2 > 7,04 cm2 �� (OK)

Jumlah tumpuan Atx yang dipasang = 1,96 + 7,85 = 9,81 > 9,00 cm2
VW = 1/5 x 9,81 = 1,96 cm2 �� Ø 6–14 = 2,02 cm2 > 1,96 cm2 �� OK
Aly = 3,45 cm2 �� dipilih Ø 8–14 = 3,59 cm2 > 3,45 cm2 �� (OK)

Masuk tumpuan Aty = 3,59/2 = 1,79 cm2 �� Ø 8–28
Tulang tumpuan tambahan Atx = 6,79 – 1,79 = 5,00 cm2 �� dipilih Ø 10–14
= 5,61 cm2 > 5,00 cm2 �� (OK)

Jadi jumlah tumpuan Aty yang dipasang = 1,79 + 5,61
= 7,40 > 6,79 cm2 �� OK

VW = 1/5 x 7,40 = 1,48 cm2 �� Ø 6–15 = 1,89 cm2 > 1,48 cm2 �� OK
Luifel A = 5,30 cm2 �� Ø 10–10 // lx
Ø 10–14 // ly

Contoh Penggambaran Penulangan Pelat Atap Lebih dari Satu Petak




gambar 10.16

Penulangan Pelat Atap Lebih dari Satu Petak

Pelat (a) Atx = 2.77 cm2 �� Ø 8–13 = 2,87 cm2 > 2,77 cm2
Aty = 2.90 cm2 �� Ø 8–17 = 2,96 cm2 > 2,90 cm2
Alx = 1.90 cm2 �� Ø 8–20 = 2,57 cm2 > 1,90 cm2
Aly = 1,66 cm2 �� Ø 8–20 = 2,57 cm2 > 1,66 cm2

Pelat (b) Atx = 4.16 cm2 �� Ø 8–12 = 4,19 cm2 > 4,16 cm2
Aty = 2.90 cm2 �� Ø 8–17 = 2,96 cm2 > 2,90 cm2
Alx = 1,90 cm2 �� Ø 8–20 = 2,51 cm2 > 1,90 cm2
Ay = 1.66 cm2 �� Ø 8–20 = 2,51 cm2 > 1,66 cm2

Pelat Luifel (c) : 3,25 cm2 �� Ø 8–12 = 3,87 cm2 > 3,28 cm2 // Atx
Ø 8–7 dan Ø 8–68 = 2,70 > 3,28 cm2 // Aty

Selamat mencoba